- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Pepo Re’a, Ritual Tolak Bala Orang Rongga Manggarai Timur

    Penulis: Antonius Rahu | Editor:Tim Redaksi
    14 Maret, 2020, 17:59 WIB Last Updated 2020-03-14T10:59:51Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1
    Ritual ini dihelar oleh teua adat masing-masing suku, Foto Marselino Ando/Congkasae.com

    [Congkasae.com/Sosial Budaya] Melahirkan anak dengan selamat dan sehat secara fisik tentunya jadi dambaan setiap calon ayah dan ibu. Pasalnya, anak merupakan citra dari orang tua yang nantinya akan menjadi penerus dan kebanggaan keluarga.

    Namun begitu pilu hati calon Ayah dan Ibu ketika mereka harus menerima kenyataan pahit karena calon bayi meninggal dalam kandungan.

    Sebagai umat yang beriman, tentunya kita mengamini bahawa semua insiden ini merupakan kehendak Maha Kuasa yang menciptakan langit, bumi dan segalah isinya.

    Orang Rongga di Kisol, Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur juga mempunyai persepsi yang sama kalau semua kejadian ini merupakan rencana sang Khalik.

    Akan tetapi, mereka memiliki cara tersendiri agar kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan ketika si Ibu mengandung yang kedua kalinya.

    Namanya Pepo Re'a yakni sebuah ritual tolak bala, terkait kejadian pahit sebelumnya agar tidak terjadi lagi di masa depan.

    Seperti biasanya, acara sesakral ini harus dilakukan dalam rumah adat, warga sekitar menyebutnya dengan istilah Sa'o.

    Ritual ini tidak sembarangan digelar, hanya  tetua adat dari suku yang bersangkutan saja yang boleh memimpin ritual adat ini.

    Sudah menjadi pengetahuan umum bahawa setiap ritual harus dilakukan melalui sebuah sarana dan mengorbankan hewan yang diyakini sebagai perantara ke Embu Nusi (roh leluhur).

    Ritual Pepo Re'a ini bisa dilaksanakan pada siang hari, asalkan kedua unsur keluarga dan yang terpenting seperti orang tua dari calon Ayah dan Ibu hadir.

    Pasalnya, pada acara puncaknya setelah penyembelihan Manu Sepang (ayam jantan berukuran sedang), masing-masing orang tua mengoles punggung kaki bagian kanan anaknya dengan darah ayam.

    Pengolesan darah ayam pada kaki diyakini sebagai bentuk pemutusan terhadap kejadian sebelumnya, sembari berharab mereka dikaruniai anak yang sehat.

    Konon, berdasarkan cerita para sesepuh tradisi ini sudah dilakukan oleh nenek moyang orang Rongga di Kisol sebelum mereka mengenal dan menerima agama.

    Di era moderen seperti sekarang ini, kendati melalui ritual ini mereka memohon kepada Embu Nusi (roh leluhur), namun mereka tidak menampik kalau terwujudnya semua harapan yang baik itu berkat campur tangan dan restu yang Maha Kuasa.

    Uniknya hampir  semua tetua adat di masing-masing Sa'o (rumah adat) memiliki kemampuan untuk melakukan ritual ini.

    Jika usia sudah benar-benar senja, mereka akan menurunkan dengan cara mengajarkan ritual ini pada orang yang tepat sebagai bentuk regenerasi.

    Penulis: Marselino Ando
    Editor: Antonius Rahu
    Komentar

    Tampilkan

    Bersama Menjaga Warisan Kita

    Dukung Congkasae agar terus hidup dan tumbuh sebagai suara budaya Manggarai.

    Kenapa Kami Butuh Dukungan?

    Congkasae.com hidup dari semangat dan cinta pada budaya. Tapi kami juga perlu dana untuk membayar penulis lokal, mengembangkan situs, dan mendokumentasikan cerita-cerita budaya kita.

    Donasi Sekali atau Rutin

    Atau transfer langsung:

    • BRI 472001001453537 (a.n. Congkasae)
    QRIS

    Pasang Iklan atau Kerja Sama

    Kami membuka kerja sama dengan UMKM, NGO, sekolah, atau pemerintah daerah untuk iklan, pelatihan, dan proyek kolaboratif.

    Kontak Kami Langsung

    Kata Mereka

    "Saya senang bisa mendukung media yang memperjuangkan akar budaya Manggarai." – Julius, diaspora di Jakarta
    "Congkasae adalah media yang dekat dengan hati kami di Manggarai." – Frans, guru di Ruteng