[Congkasae.com/Kereba] Harga beras terus mengalami kenaikan dalam beberapa pekan terakhir, akibat menipisnya stok beras dan gagal panen yang dialami para petani.
Pantauan media ini pada Jumat (22/9) di pasar inpres Ruteng harga beras sudah menyentuh angka lima belas ribu per kilogram.
Harga tersebut merupakan kali kedua dalam kurun satu tahun terakhir setelah sebelumnya harga beras menyentuh angka lima belas ribu pada bulan Februari lalu.
Lonjakan harga beras menimbulkan kegelisahan di kalangan pedagang pasar inpres Ruteng yang mengaku khawatir dengan berkurangnya stok beras saat ini sementara permintaan pasar cukup tinggi.
Albert, salah seorang pedagang beras di pasar inpres Ruteng mengatakan kenaikan harga beras kali ini akibat absennya pasokan beras dari wilayah Lembor akibat gagal panen para petani.
Ia mengatakan saat ini para pedagang hanya mengandalkan beras dari wilayah Satar Mese dengan kuantitas yang tak setara dengan beras dari wilayah Lembor.
Akibatnya stok beras semakin menipis yang berimbas pada kenaikan harga.
Kondisi tersebut, kata Albert, akan berlangsung hingga akhir tahun lantaran belum memasuki masa panen.
Tingginya harga beras di kabupaten Manggarai diperparah dengan ancaman perubahan cuaca ekstrim atau yang disebut El Nino yang berakibat pada perubahan cuaca.
Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika memprediksi terjadinya kemarau panjang untuk wilayah NTT akibat El Nino.
Peta prediksi turunnya Hujan di Indonesia sumber BMKG |
Dalam situs resminya BMKG menyebut sebagian wilayah NTT akan mengalami kemunduran turunnya hujan di tahun ini.
Kondisi tersebut terjadi di pulau Sumba dan Timor yang mengalami kemunduran turunnya hujan sebesar 2 dasarian.
Sementara wilayah Flores diprediksi akan sama dengan tahun sebelumnya kecuali kabupaten Manggarai Raya yang mengalami kemajuan 2 dasarian.