Populasi biawak Komodo sebanyak 2.897 ekor pada tahun 2018, tahun 2019 sebanyak 3.022 ekor, lalu pada tahun 2020 sebanyak 3.163 ekor, tahun 2021 sebanyak 3.303 ekor, tahun 2022 sebanyak 3.156 ekor, tahun 2023 sebanyak 3.396 ekor, dan pada tahun 2024 sebanyak 3.270 ekor.
[Congkasae.com/Kereba] Warga kampung Komodo, desa Komodo, kecamatan Komodo dihebohkan dengan temuan bangkai seekor Komodo yang tengah terapung di perairan dekat kampung mereka.
Kepala Balai Taman Nasional Komodo Hendrikus Rani membenarkan adanya varanus komodo yang mati dengan mengatakan peristiwa itu terjadi pada Sabtu 24 Mei 2025.
Hendrikus mengatakan warga yang pertama kali menemukan bangkai Komodo itu langsung membuat laporan kepada petugas pos.
"Lalu mereka sama-sama melakukan evakuasi terhadap bangkai komodo itu ke pesisir pantai,"kata Hendrikus Rani di Labuan Bajo Senin 26 Mei 2025.
Ia mengatakan sejauh ini pihaknya belum dapat memastikan penyebab utama kematian satwa liar tersebut.
Pada hari Minggu 25 Mei 2025 warga juga dihebohkan dengan temuan seekor komodo yang sedang berenang menyebrangi lautan di dalam kawasan Taman Nasional Komodo.
Peristiwa itu pertama kali ditemukan oleh seorang pemandu wisata bernama Sudirman yang tengah mengoperasikan speedboath yang mengangkut para wisatawan.
Sudirman mengatakan dirinya melihat langsung varanus Komodo yang berenang dalam lautan antara pulau Nasa dan Pulau Komodo pada pukul 13.30 Wita Minggu 25 Mei siang.
Ia mengaku kaget setelah melihat varanus komodo berenang dalam lautan, yang selama ini diakuinya hanya mendengar cerita orang jika biawak itu bisa berenang.
“Selama ini kita hanya dengar cerita bahwa Komodo bisa berenang, tetapi kami menyaksikan sendiri. Betul-betul nyata,” tutur Sudirman di Labuan Bajo, Senin siang.
Peristiwa varanus Komodo yang kedapatan tengah berenang itu menurut kepala Balai Taman Nasional Komodo Hendrikus Rani merupakan hal yang wajar.
"Biawak komodo secara alami memiliki kemampuan berenang dan bisa menyeberang dari pulau ke pulau yang berjarak dekat,"kata Hendrikus.
Kendati demikian ia menuturkan jika Komodo yang termasuk jenis hewan berdarah dingin itu jarang berenang dalam jarak tempuh yang cukup jauh.
"Karena ia tidak dapat mengatur suhu tubuhnya,"kata Hendrikus.
Ia mengatakan faktor utama yang memicu seekor komodo menyebarang dan pindah ke pulau lain lebih karena kekurangan sumber makanan.
Kendati demikian Hendrikus mengakui jika populasi biawak Komodo di kawasan Taman Nasional Komodo cendrung stabil dalam beberapa tahun terakhir ini.
Populasi biawak Komodo berdasarkan laporan dari Balai TNK sebanyak 2.897 ekor pada tahun 2018, tahun 2019 sebanyak 3.022 ekor, lalu pada tahun 2020 sebanyak 3.163 ekor, tahun 2021 sebanyak 3.303 ekor, tahun 2022 sebanyak 3.156 ekor, tahun 2023 sebanyak 3.396 ekor, dan pada tahun 2024 sebanyak 3.270 ekor.
Hendrikus menjelaskan, walaupun pada tahun 2024 populasi mengalami penurunan, hal tersebut masih dalam kategori relatif stabil.
"Pertumbuhan populasi Komodo akan menyesuaikan dengan daya dukung habitat atau daya dukung alam," katanya.
Ia menambahkan, naik dan turunnya populasi satwa Komodo dalam kawasan konservasi merupakan hal yang wajar terjadi di alam liar.
"Secara alamiah dia -Komodo- akan beradaptasi dengan daya dukung, kalau daya dukung cukup maka populasi dia akan naik, tapi kalau tidak terlalu mendukung maka akan menurun," ujarnya.
Salah satu pendukung naiknya populasi satwa Komodo adalah ketersediaan pakan yang memadai, tingginya keberhasilan anak atau bayi Komodo serta ketersediaan mangsa Komodo.