- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Cintaku Kandas Karena Belis

    congkasae.com | Editor: Antonius Rahu
    08 Oktober, 2016, 23:47 WIB Last Updated 2019-12-19T09:59:56Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

    sebuah cerpen karya Antonius Rahu


    Namaku renata, aku berasal dari Manggarai tengah, terlahir dari keluarga yang dikatakan cukup berada membuatku bersyukur.
    Bapak hanya seorang Guru SD, namun aku bersyukur karena kedua orang tuaku bisa menguliahkan aku sampai selesai.

    Sejak aku masih duduk di salah satu SMA swasta katolik di Ruteng, aku memang sering bergaul dengan cowok tapi hanya sebatas teman biasa, kebanyakan teman cowok yang aku kenal berasal dari daerah Manggarai Timur.

    Saking banyaknya teman dari Manggarai Timur, aku bahkan sampai hafal dialeg khas Manggarai timur. Meskipun memang sulit bagi orang Manggarai tengah untuk bisa menguasai dialeg manggarai timur. 

    Setelah lulus SMA, aku langsung memilih Malang sebagai kota tujuan aku menuntut Ilmu.
    Namun sesampainya aku di pulau Bali, aku di daftarkan di salah satu perguruan tinggi swasta di Bali.
    Mengambil jurusan Matematika, kebetulan saudaraku yang sudah berkeluarga sudah cukup lama menetap di Bali. Akupun menurutinya, waktu itu semester lima, secara kebetulan aku ke kampus untuk mengurusi administrasi praktek kerja lapangan.

     Entah kebetulan atau tidak, aku bertemu dengan seorang cowok di ruang Tata Usaha, dia juga memiliki tujuan yang sama yakni mengurus administrasi.

    Tanpa basa-basi dia langsung menyapa aku duluan, “urus apa enu?” tanyanya. “urus administrasi e nana, ite ga?” tanya ku. “oh....cama eme nggitu enu” sahutnya.

    Kamipun saling bersalaman dan memperkenalkan nama, rupanya namanya Adrian dan dia berasal dari Manggarai Timur. Postur tubunya yang tidak terlalu tinggi, rambutnya hitam lurus dan senyumnya yang manis membuat aku langsung merasa suka.

    Adrian adalah cowok yang baru aku lihat pertama kalinya di kampus, maklum dia ternyata kuliahnya sore hari sementara aku kuliah pagi.

    Meskipun sama-sama mengambil jurusan Matematika. Sebenarnya nama Adrian sudah sayup-sayup aku dengar dari teman kelas ku. Dia aktif di organisasi kampus dan termasuk mahasiswa yang dikatakan pintar.
    Sayangnya Adrian tidak sempat meminta nomor kontak atau id line dan bbm ku, Adrian langsung mengakhiri pertemuan itu dengan mengatakan “aku pado e enu, lelo kudut masuk kerja aku tong”.

    Tiga bulan kemudian aku dan Adrian tidak pernah bertemu, maklum dia ngampus soreh sedangkan aku ngampusnya pagi.

    sampai pada suatu sore aku ke kampus ceritanya mau cari contoh proposal untuk mata kuliah Metodologi Penelitian.

    Setelah setengah jam aku mengubrak-abrik buku skripsi kaka tingkat yang di pajang di perpustakaan kampus, tiba-tiba aku dikejutkan dengan sapaan yang khas "hae enu.....kawe apa tite?" rupanya Adrian sudah berdiri di belakang ku.
     "iyo......kawe contoh proposal e nana, kudut kawe judul latangt proposal daku, asa dite poli ga?" jawab ku. "ae bo kali poli dakun ge enu, hanya toe di manga buku sumbern" jawab Adrian.

    Aku pun pura-pura bertanya tentang judul yang hendak aku ambil, mengingat Adrian adalah cowok pinter dari kelas soreh. 

    Adrian pun banyak menganjurkan aku untuk memilih judul yang jarang di ambil oleh orang, katanya biar langsung di ACC oleh ketua jurusan nantinya.

    Setelah lama ngobrol di ruang perpustakaan, Adrian tiba-tiba meminta PIN BBM sekalian Id line ku.

    Tentu saja dengan senang hati aku memberikanya, apa lagi Adrian adalah tipe cowok yang aku banget, manis baik, pinter pula, apa lagi kalau dia senyum hmmmm.........cewek-cewek bisa meleleh kayak aku.

    Beberapa jam kemudian Adrian yang memulai chat aku, tentu saja aku respon cepat. Kini hubungan kami semakin akrab meskipun hanya lewat line dan BBM, di tengah kesibukanya dia selalu chat aku, hanya sekedar menanya kabar, dan sebagainya.

    Semenjak aku kenal Adrian, kini tugas berat ku yang selama ini aku tanggung sendiri di bantu oleh Adrian dia sangat baik dan penuh perhatian sama aku. Sampai pada suatu waktu Adrian mengungkapkan perasaanya di line.

    Aku senang, karena impian ku selama ini terwujud, cewek mana di dunia ini yang tidak bahagia kalau di tembak oleh cowok yang dia sukai baik dan pinter seperti Adrian?
    Namun aku tetap menjaga image, aku tidak langsung menjawabnya saat itu, aku hanya mengatakan "aku pikir-pikir dulu ya Adrian" meskipun dalam hati aku senang dan ingin mengatakan hal yang sebenarnya.

    "Oh....tidak apa-apa enu, santai saja......!! siakan di jawab iya kalau punya perasaan tapi tidak kalau tidak memiliki perasaan, santai saja" pungkas adrian. Keesokan harinya Aku yang chat Adrian duluan, memberitahukan jawaban dari pertanyaan Adrian sebelumnya.

    Adrian sangat senang ketika aku menjawab "iya nana saya juga suka sama ite" kini hubungan kamipun secara resmi berstatus pacaran. Adrian sering mengajak aku misa di kathedral Denpasar bareng, aku pun sering menemani Adrian di perpustakaan pada hari minggu.

    Adrian salah seorang mahasiswa yang kuliah sambil kerja di kampusku, dia sangat mandiri bisa membiayai sendiri kuliah dan kos nya sejak semester satu. dia berasal dari keluarga yang berkekurangan, saudara-saudarinya hanya mengenyam pendidikan SD dan sudah menikah di kampung. 

    Adrian adalah satu-satunya orang dalam keluarga mereka yang mengenyam pendidikan tinggi. Itulah yang membuat cintaku pada Adrian bertambah besar. Tak jarang dia sering memberi aku kejutan-kejutan dan dia sangat romantis.

    Meskipun sibuk kerja dan juga merangkap sebagai Guru privat matematika rumahan di daerah Denpasar, Adrian selalu memberi kabar ke aku.

    Dia baik, sopan dan beda dengan mantan-mantan cowok ku yang sebelumnya Adrian sangat respect sama aku. Waktu terus berlalu, kini tibalah saatnya bagi kami untuk di wisuda, Adrian berjanji bahwa dia akan melamar aku setelah selesai kuliah.

    Janjinya pun ia tepati tiga bulan setelah kami di wisuda, Adrian pulang ke Manggarai Timur sementara aku pulang ke Manggarai Tengah. Kini Adrian mengajar di sebuah sekolah SMA di Borong Manggarai timur, sementara aku belum mendapatkan pekerjaan.

    di akhir pekan Adrian sering berkunjung ke rumahku, meskipun jarak Borong dan kampungku lumayan jauh, namun setiap sabtu soreh Adrian selalu mengunjungi aku dan nginap di rumah, keesokan harinya baru pulang ke Borong.

    Respon ibuku cukup baik  namun ada signal yang kurang baik dari bapak, suatu saat aku bertanya tentang penilaian bapak terhadap sosok Adrian.

    Bapak hanya mengatakan "iya enu, dia baik, sopan namun bapak perlu mengetahui latar belakang keluarganya". Berbagai juruspun telah aku lakukan untuk meluluhkan hati bapak akan sang calon mantu nya Adrian.

    Waktu terus berlalu hari itu hari kamis, tiba-tiba ponselku berdering setelah aku melihat ternyata itu panggilan dari Adrian. setelah berbicara cukup lama Adrianpun mengutarakan niatnya akan mengunjungi aku bersama tongka nya pada malam minggu depan (tongka adalah tua adat yang berfungsi sebagai pembicara dalam acara resmi adat manggarai).

    Tentu saja aku sangat senang, karena pangeranku yang aku puja selama ini hendak melamar aku. segera ku sampaikan berita tersebut kepada bapak dan ibuku, ibu sangat senang, waktu terasa sangat cepat berlalu.

    Kini tibalah saatnya Adrian dan keluarganya hendak melamar aku. karena aku tidak terlalu memahami proses perkawinan dalam budaya Manggarai, aku hanya tahu kalau malam itu mereka langsung pulang ke Manggarai Timur, dan janjinya minggu depan Adrian dan tongka nya akan kembali ke rumah.

    Aku sangat senang dan Adrianpun tampaknya berseri-seri. Seminggu di Manggarai Timur serasa setahun Adrin tidak menghubungi aku. nomor ponselnya pun selalu out of coverage area ketika aku hubungi.

    Aku sangat khawatir dan kangen dengan Adrian. Sampai pada hari jumat, Adrian menelphone aku dari Borong. Dengan nada yang sedikit pelan Adrian menyapa aku "hai sayang......neka rabo saya baru kasi kabar.

    Selama ini saya sibuk pulang pergi ke kampung" akupun langsung menjawab "iya sayang tidak apa-apa, saya pahami itu tapi kenapa nana tidak kasih kabar ke aku meskipun hanya lewat SMS, atau line atau BBM?"  sahutku dengan nada yang sedikit tinggi.

    Adrianpun menjawab "aduh sayang nana kan harus turun ke kampung, nah di kampung nana itu jaringan Telkomsel hanya 1 kotak kadang juga hilang sama sekali" sahut Adrian dari ujung telephone. 

      "iya sudah, kapan nana mau ke rumah? jadi besok malam?" tanya ku. "iya enu sayang jadi taapiiii....." sahut Adrian. "Tapi apa kole nana?" tanyaku.

    Adrianpun mengelak "ya sudah enu sayang besok sampai di rumah baru kita bicarakan" sahut Adrian dari ujung telephone. Seketika itu juga komunikasi kami lewat telephone terputus ketika aku calling dia balik nomor ponselnyapun out of coverage area "oh may God semoga nana baik-baik saja" gumamku dalam hati.

    keesokan harinya pukul 18:00 WITA Adrian dan keluarga serta tongkanya tiba di rumah, aku sangat senang apa lagi melihat pangeranku Adrian memakai towe songke dan saput di kepalanya.

    Wooww...... rasa amarahku tergantikan oleh  rasa senang dan bahagia. setelah melewati prosesi acara Adat kini tiba saatnya adu argumen antara tongkanya Adrian dan tongkanya saya yang kebetulan adalah ema tu,a nya saya sendiri.

    Aku yang tidak mengetahui acara adat merasa biasa-biasa saja, namun ada pesan dari raut wajah Adrian yang bisa aku baca. Adrian tampak beberapa kali menundukan kepalanya.
    Sesekali berbisik dengan tongkanya dan juga ase ka,enya. akupun mengirimi Adrian pesan namun sayang ponselnya tidak aktif. Lantas aku lebih memilih untuk berdiam diri dalam kamar, mendengarkan percakapan mereka.

    Satu hal yang aku dapat dari kejadian malam itu adalah kedua tongka sedang menentukan nilai belis yang akan dibawa oleh Adrian dan keluarganya kelak. ada deretan angka yang terdengar dari mulutnya kedua tongka yakni 150 juta dan 50 juta.

    Dua angka yang berulang-ulang aku dengar dari balik tembok pemisah kamarku dan ruang tamu. Tak terasa jarum jam dinding di kamarku pun menunjukan pukul 10:05 WITA.

    Setelah berdebat cukup lama, kini tibalah saatnya Adrian dan keluarganyapun hendak kembali ke Manggarai Timur. Air mataku pun sudah membasahi bantal guling. Aku tahu yang mereka perdebatkan dari tadi adalah soal angka belis dan sedang terjadi tawar menawar.

    Aku dengar suaranya Adrian "Inang nia hia enu?"..."de bao gi tokon ga nana?" sahut ibuku. Meskipun aku belum tidur tapi aku sengaja mengunci pintu kamarku dan membiarkan tak seorangpun yang melihat air mataku bercucuran deras bagaikan wae sosor di uma sawanya kami.
    Lima menit berselang aku dengar jupiter MX nya nana Adrian meraung, diikuti oleh beberapa sepeda motor, pertanda bahwa Adrian sang pangeranku akan meninggalkan rumah.
    Setelah Adrian dan kelurganya meninggalkan rumah, kini tibalah saatnya adu argumen terdengar dari ruang tamu antara bapak dan ibu.
    Intinya bapak ngotot harga 150 juta itu harus di bawah cash sedangkan ibuku berargumen "utamakan hia enu dite, toh diang ce sua ise cua anak dite kin coo tara stakin keta.....!!"

    Bapak ku serentak bernada tinggi "com hema meu ta de..........!!! ini menyangkut masa depan anak dite....!!! masa mau di tawar 50 juta? eme toe manga modaln hi nana hitu com lau-laun laku ge" sahut bapak dengan nada emosi.

    Air matakupun bertambah deras serasa dunia ini tak adil, cintaku terhadap Adrian terancam kandas dengan pertanda awal yang kurang baik. hanya dinding kamar dan jam dinding yang mengetahui yang aku alami malam itu,

     sampai pagi aku tidak bisa tidur memikirkan kejadian itu sementara Adrian selalu out of coverage area ketika aku calling ...............

    (lantas seperti apa kelanjutan kisahnya?? akankah percintaan Adrian dan Renata akan kandas? apa yang Renata lakukan untuk meyakinkan bapaknya? bagaimana dengan Adrian yang selalu out of coverage area? 
    Nantikan kelanjutan ceritanya..... tabe.)

    Penulis: Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Pendidikan Matematika Di IKIP PGRI Bali 
    ketua penasehat Forum Komunikasi Mahasiswa Wae Mokel Bali (FORKOMEL Bali)


    Komentar

    Tampilkan

    Viral