- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kopi Manggarai Yang Telah Menyekolahkanku

    Tim Redaksi | Editor: Antonius Rahu
    06 November, 2016, 17:49 WIB Last Updated 2018-01-17T10:55:47Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1


     
    kopi Robusta siap di petik

    Manggarai Timur adalah sebuah daerah yang terletak di bagian barat pulau flores atau yang sering di juluki pulau nusa bunga. Daerah ini dulunya merupakan wilayah yang menyatu dengan kabupaten
    Manggarai, namun karena alasan administratif dan luas wilayah maka daerah yang berdekatan dengan wilayah kabupaten Ngada ini dimekarkan menjadi kabupaten Manggarai Timur.

    Manggarai Timur merupakan wilayah yang sangat subur dan sangat cocok untuk tanaman komoditas sebut saja kopi, kemiri, vanilla, cengkeh, kakao dan masih banyak tanaman komoditas pertanian unggulan lainya.

    Namun dari semua tanaman yang di sebutkan tersebut kopi merupakan tanaman yang hampir ditanami oleh semua petani di Manggarai Timur, Termasuk kedua orang tua saya. Bagi kami tanaman kopi sering di juluki “pohon uang”. 

    yaaa......!!  pohon uang karena kami memperoleh penghasilan dari biji-biji kopi yang di jual. Meskipun prosesnya panjang dari proses pemetikan, penggilingan tahap 1, penjemuran sampai ke penggilingan tahap 2 untuk jadi biji kopi yang siap di jual ke pengepul. Namun kami tetap semangat mengerjakanya karena kopi merupakan salah satu penghasilan utama.
    bapa dan mama


    Sejak lama sudah tertanam dalam benak kami bahwasanya kematangan seorang pemuda sebelum menikah dapat di ukur dari seberapa luas kebun kopi yang dimiliki. Itu adalah parameter yang digunakan oleh sang Ayah dan menjadi syarat bagi sorang anak laki-lakinya untuk menikah.

    Dan mungkin itu juga ada benarnya mengapa kemudian kebun kopi di Manggarai timur itu berhektar-hektar luasnya dan hampir semua petani di Manggarai Timur menanam pohon uang ini.
    weta christin


    Rupanya ini bukan hanya sekedar slogan semata dan benar saja, karena saat ini pohon uang lah yang bisa menyekolahkan kami anak-anak petani kopi asal Manggarai Timur termasuk saya salah satunya.

    Meskipun bapak dan Ibu saya tidak memiliki gaji bulanan seperti orang tua lainya. Namun ada semacam pola yang sudah tertanam kuat dalam benak saya. Ibu saya biasanya selalu mengutamakan uang sekolahnya saya dan adik perempuan saya christin. 

    Pada bulan-bulan musim panen kopi datang ibu selalu menyisipkan uangnya untuk memenuhi kebutuhan sekolah kami berdua. Setelah itu baru di pakai untuk keperluan lainya seperti wale anak rona (upacara adat) dan keperluan lain. Meskipun ibu saya hanya  mengenyam pendidikan SD, akan tetapi Beliau paham betul mengatur keuangan dalam keluarga.

    Pola yang ibu gunakan itu tepat sekali. Pola yang mengajari saya bagaimana mengatur keuangan, memanage uang belanja dan itu sudah jauh-jauh hari diajarkan oleh kedua orang tua saya sejak saya masih ingusan.

    Pola tersebutlah yang menjadi landasan bagi saya untuk bertingkah, menjauhkan diri dari gaya hidup hedonis dan mewah. Pola yang mengajarkan saya tentang gaya hidup sederhana dan saya yakin pola yang sama juga di lakukan oleh semua anak petani kopi asal Manggarai Timur yang berstatus Mahasiswa.

    Ada dua buah istilah yang sampai saat ini selalu terngiang dalam benak saya yakni “pi,it” dan “ngirik”. “pi,it” yang artinya berhemat, berarti membelanjakan uang seperlunya saja. 

    Sedangkan “ngirik” berarti berusaha memenuhi kebutuhan yang sangat fundamental, harus terpenuhi. Meskipun dua istilah ini terkadang kontradiktif namun bisa dijadikan landasan hidup.

    Menjadi mahasiswa yang berasal dari keluarga yang pas-pasan seperti saya terkadang sebuah dilemma. Di satu sisi kita dihadapkan dengan pilihan gaya hidup yang wah,,,,mewah atau hedonis. Akan tetapi disisi lain kemampuan financial tidak cukup.

    Jangankan untuk hidup mewah, untuk bayar uang SPP saja terkadang nunggak. Terkadang nama saya yang selalu diumuin di group line di kampus.
    Disebut-sebut bukan karena hal yang baik, akan tetapi disebut-sebut karena belum melunasi uang SPP. Miris memang dan itu seringkali terulang-ulang setiap semester.

    Akan tetapi sejauh ini masih bisa teratasi meskipun tertatih-tatih. Dengan di bantu oleh penghasilan pribadi saya karena saya adalah seorang mahaisswa yang juga bekerja di siang harinya.
    Saya


    Komentar

    Tampilkan