- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Dilema Molas Manggarai dan Potret Kawin Paksa

    Penulis: Antonius Rahu | Editor:Tim Redaksi
    24 Januari, 2021, 11:11 WIB Last Updated 2021-01-24T05:06:55Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

     


    Di sana pula Ia harus berhadapan dengan dilema soal Agnes yang diculik pria-pria berkuda, ketika Agnes salah seorang molas Manggarai tengah berbelanja di pasar Dintor, sebuah pasar yang kala itu masih memberlakukan praktek barter. 

    Memasuki awal tahun 1968 seorang misionaris kelahiran Polandia yang baru beberapa tahun bertugas di diosesan Ruteng ditugaskan untuk melayani umat di Todo, namanya Pater Stanislaw Ograbek SVD.


    Pater Stanis, demikian Ia sering dipanggil sebelumnya bertugas sebagai pastor rekanan di Paroki Cancar menerima tugas itu meski dalam hati kecilnya menolak tugas itu dengan alasan keinginan umat yang lebih menerima pastor lokal ketimbang pastor barat.


    Namun usai berdiskusi dengan uskup Ruteng, Pater Stanis pun menerima tugas tersebut dengan alasan lain yang lebih esensial. Menyebut nama Todo, yang ada dalam benak misionari muda Polandia itu adalah sebuah daerah kerajaan mengingat nama Todo yang sudah tekenal di seluruh wilayah Manggarai. 


    Tak pernah terpikirkan oleh Pater Stanis bahwa untuk sampai di wilayah itu, ia harus menunggang kuda, menelusuri jalan setapak yang ditutupi oleh tanaman liar sensus sepanjang jalan, ia juga harus menyebrangi sebuah kali yang besar, untuk bisa sampai ke sana harus menghabiskan 5-6 jam perjalanan.


    Di sana pula ia harus berhadapan dengan dilema soal Agnes yang diculik pria-pria berkuda, ketika Agnes salah seorang molas Manggarai tengah berbelanja di pasar Dintor, sebuah pasar yang kala itu masih memberlakukan praktek barter. 


    Di depan mata misionaris muda Pater Stanis, Agnes tiba-tiba dihadang oleh sekelompok pria berkuda yang datang lengkap dengan senjata tajam.


    Mereka lantas menaikkan Agnes ke atas punggung sebuah kuda, lalu membawa Agnes dari pasar Dintor, orang-orang yang tengah berbelanja di pasar itu hanya bisa menyaksikan bagaimana Agnes berteriak memohon untuk dibebaskan. 


    Namun tak ada satupun warga yang berani menghadang kelompok pria berkuda itu hanya karena satu hal yakni alasan adat dan budaya.


    Simak bagaimana usaha misionaris Polandia Pater Stanislaw Ograbek menyelamatkan Agnes dan 6 molas Manggarai lain yang senasib dengan Agnes sehingga pada akhirnya orang Manggarai mulai meninggalkan budaya kawin paksa itu. 


    [Anda sedang membaca konten  ePaper dari website Congkasae.com dapatkan cerita eksklusive dengan menjadi pelanggan konten berbayar kami].


    KLIK DI SINI UNTUK BERLANGGANAN.


    CHAT KAMI DI WA



    Komentar

    Tampilkan

    Bersama Menjaga Warisan Kita

    Dukung Congkasae agar terus hidup dan tumbuh sebagai suara budaya Manggarai.

    Kenapa Kami Butuh Dukungan?

    Congkasae.com hidup dari semangat dan cinta pada budaya. Tapi kami juga perlu dana untuk membayar penulis lokal, mengembangkan situs, dan mendokumentasikan cerita-cerita budaya kita.

    Donasi Sekali atau Rutin

    Atau transfer langsung:

    • BRI 472001001453537 (a.n. Congkasae)
    QRIS

    Pasang Iklan atau Kerja Sama

    Kami membuka kerja sama dengan UMKM, NGO, sekolah, atau pemerintah daerah untuk iklan, pelatihan, dan proyek kolaboratif.

    Kontak Kami Langsung

    Kata Mereka

    "Saya senang bisa mendukung media yang memperjuangkan akar budaya Manggarai." – Julius, diaspora di Jakarta
    "Congkasae adalah media yang dekat dengan hati kami di Manggarai." – Frans, guru di Ruteng