![]() |
Para imam keuskupan Ruteng ketika memberikan berkat terakhir untuk mendiang diakon Handrianus Hambur di gereja Katedral Ruteng Jumat 13 Juni 2025 pagi/Foto humas Katedral Ruteng |
Keluarga Besar diakon Handrianus Hambur merasa terpukul dengan misteri kematian Handri yang disebut pihak keluarga sebagai kebahagiaan sesaat yang direnggut dan diganti dengan duka
[Congkasae.com/Kereba] Keluarga Besar Mbata, paroki Santa Thersia Mbata, Kevikepan Borong, Keuskupan Ruteng melepas kepergian diakon Handrianus Hambur yang meninggal dunia 3 hari usai ditahbis menjadi diakon di Ritapiret pada 8 Juni 2025 silam.
Prosesi pemakaman mendiang Handrianus yang berlangsung Jumat 13 Juni 2025 siang dihadiri seluruh keluarga besar Mbata, serta pihak keuskupan Ruteng.
Pemakaman dilakukan di Tempat Pemakaman Umum Unio Kuwu, kecamatan Ruteng, prosesi pemakaman diawali dengan misa requiem yang dipimpin uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat di katedral Ruteng.
Dalam sambutannya uskup Ruteng mengenang sosok diakon Handrianus Hambur yang disebutnya memiliki jiwa kepemimpinan dan pandai memandu suatu acara alias Master Of Ceremony (MC).
"Menurut pengakuan teman-temannya selama di Ritapiret diakon Handri menunjukkan kepiawaiannya dalam hal memandu suatu acara atau MC,"ujar uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat Jumat 13 Juni 2025 pagi.
Ia menambahkan selain piawai dalam memandu suatu acara, mendiang Handrianus juga dikenal sebagai sosok yang piawai dalam hal kepemimpinan.
"Dan hal itu sudah sangat menonjol dalam diri seorang diakon Handrianus sejak menempuh pendidikan di seminari tinggi,"tambahnya.
Untuk itu Mgr Sipri mengakui jika dirinya merasakan kehilangan calon imam yang begitu energik dan menyatakan rasa duka yang mendalam atas kepergian almarhum.
![]() |
Para keluarga besar Mbata melepas kepergian almarhum dalam misa Requiem di gereja Katedral Ruteng Jumat 13 Juni 2025/Foto Humas katedral Ruteng |
"Mewakili orang tua dari para klerus di keuskupan Ruteng, keuskupan Ruteng merasa kehilangan dan turut berdukacita,"ujarnya.
Usai penyelenggaraan misa requiem tersebut keluarga besar Mbata beserta seluruh kerabat mengantarkan jasad dari diakon Handrianus Hambur ke tempat pemakan terakhir di Kuwu.
Keluarga Terpukul, Kebahagiaan Sesaat yang Direnggut secara Tiba-Tiba
Kepergian almarhum Handrianus Hambur menyisahkan duka yang mendalam bagi keluarga, hal tersebut diutarakan Ignasius Pasta Rambang.
Menurutnya keluarga sangat terpukul dan kehilangan dengan kepergian almarhum di tengah euforia penahbisannya sebagai diakon.
"Kami merasa seperti kebahagiaan itu hanya sesaat dan tiba-tiba direnggut dan diganti dengan kematian Handri,"kata Ignasius di sela-sela acara pemakaman Handrianus Hambur di Kuwu.
Menurut Ignas, pihak keluarga sama sekali tak merasa janggal jelang kematian almarhum yang membuat keluarga besar merasa terpukul.
"Tak ada tanda-tanda kematian terutama pada keluarga, tapi jelang hari kematiannya kami merasa tak bersemangat bahkan untuk mengucapkan profisiat atas pentahbisannya seperti tak ada semangat,"ujarnya.
Ia menduga hal tersebut menjadi pertanda dalam keluarganya yang kemudian dirasahkan keluarga besar dimana kebahagiaan atas rahmat penahbisan tersebut hanya berlangsung sesaat.
"Kami semua kaget ketika mendengar kabar bahwa Diakon Handri sudah meninggal di Kembur, Borong pada hari Rabu 11 Juni 2025,"katanya.
Pemicu Kematian Masih Misteri
Kematian diakon Handri juga menimbulkan tanda tanya yang hingga kini belum terjawab, pasalnya setibanya dari Ritapiret usai ditahbis jadi diakon oleh uskup Denpasar Mgr Silvester San, mendiang sempat menugaskan ayahnya Simon Hambur untuk memperbaiki sepeda motor yang hendak digunakan Handri untuk melapor diri di keuskupan Ruteng.
"Selasa 10 Juni malam itu dia sempat menyuruh bapaknya untuk memperbaiki sepeda motor yang akan diagunakan untuk melapor diri di keuskupan Ruteng,"kisah bapak Tince yang merupakan perwakilan keluarga yang ikut dalam rombongan penahbisan diakon Handri ke Ritapiret.
Ia mengatakan sempat berkelakar pada Selasa 10 Juni malam di kediaman mereka di Kembur Borong sebelum akhirnya mereka semua tidur malam itu.
"Dia minta untuk tidur sendirian di kamar sedangkan kami yang lain tidur di ruang tamu malam itu,"katanya.
Ia mengatakan pada Rabu dinihari sekitar pukul 02:00 Wita salah seorang dari mereka yang ada dalam rumah sempat mendengar suara dari dalam kamar mendiang.
"Suara seperti orang ketindihan (nggeruk nggemu dalam bahasa manus), tapi dia tidak menaruh curiga dan tidur kembali,"katanya.
Hingga Rabu 11 Juni 2025 pagi seluruh orang dalam rumah terbangun dan beraktivitas seperti biasa, keluarga tak menaruh curiga pada almarhum yang tak kunjung bangun dari tidurnya.
"Kami pikir dia lagi kecapean makanya dibiarkan beristirahat,"katanya.
Kecurigaan muncul setelah Handri tak kunjung bangun dari tidurnya hingga pukul 11 pagi yang memicu upaya keluarga untuk membangunkan Handri dari tidurnya.
Akan tetapi ketika dicek kondisi Handri sudah terbujur kaku,"Kami menduga bahwa diakon Handri sudah meninggal sejak malam ketika ada suara itu,"ujar Tince.
Dugaan itu diperkuat dengan temuan air seni pada kasur mendiang yang sudah mengeluarkan aroma yang cukup tajam.
"Pas saya cek di atas kasurnya sempat buang air kecil dengan aroma yang tajam, kan beda kalau kita kencing semakin lama didiamkan semakin tajam aromanya,"ujar Tince.
Menurut dia dugaan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dokter di RSUD Borong yang menduga bahwa mendiang telah meninggal 4 atau 5 jam sebelum dibawa ke rumah sakit.
Ignasius Pasta Rambang juga membenarkan dugaan tersebut ketika dikonfirmasi media ini. Ia mengatakan dugaan keluarga mengarah pada peristiwa ketindihan.
"Kalau kita yang di kampung mengatakan ketindihan, tapi kalau pihak medis mengatakan jantungan, kami menduga itu menjadi penyebab kematian Handri,"kata Ignasius.
Kematian Handrianus Hambur menimbulkan duka yang mendalam di kalangan umat keuskupan Ruteng. Hal tersebut diketahui dari banyaknya ucapan belasungkawa untuk mendiang yang membanjiri laman media sosial umat katolik di keuskupan Ruteng.
Mayoritas umat merasa prihatin dengan misteri kematian almarhum yang dinilai sangat tragis,"Hoo koedi tahbis diakon tuan kole kreba rowa ole mori( baru ditahbis diakon sekarang kita menerima kabar duka),"tulis seorang pengguna media sosial di akun facebooknya.
Diakon Handrianus Hambur lahir di Langgo Ruteng pada 26 Agustus 1997 dari pasangan suami istri bapak Simon Hambur dan Ibu Monika Deno.
Usai lulus dari SDK Kumba II pada tahun 2010, ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Seminari Pius XII Kisol hingga lulus dari seminari menengah tersebut pada tahun 2016.
Ia melakukan Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Himo Tiong pada tahun 2016 hingga 2017, lalu melanjutkan pendidikan di seminari tinggi Ledalero hingga 2021.
![]() |
Orang tua dari mendiang Diakon Handrianus Hambur ketika menyaksikan putranya terbaring di depan altar gereja Katedral Ruteng sebelum dimakamkan Jumat 13 Juni 2025 |
Dalam keluarga ia merupakan anak keempat dari lima bersudara dimana kakak kandungnya Leonardus Hambur OFM merupakan seorang imam Fransiskan.
Handrianus Hambur menjalani tahun orientasi pastoral (TOP) di paroki Santa Maria Diangkat ke Surga Rejeng sejak 2021 dan berakhir pada 2023 silam.
Ia ditahbis menjadi diakon pada Minggu 8 Juni 2025 yang dilakukan uskup Denpasar Mgr Silvester San di Ritapiret kabupaten Sikka.
Ia juga tercatat sebagai salah satu calon imam milik keuskupan Ruteng yang akan menerima rahmat penahbisan menjadi imam pada bulan Oktober tahun ini.
Namun sayangnya ia ditemukan meninggal dunia pada Rabu 11 Juni 2025 di kediamannya di Kembur Borong Manggarai Timur.
Kepergiannya menyisahkan duka yang mendalam terutama bagi keluarga besar Mbata dan umat paroki Santa Theresia Mbata serta umat keuskupan Ruteng.