- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Virus ASF Kembali Serang Babi di Pulau Flores, Peternak Mulai Resah

    Tim Redaksi | Editor: Antonius Rahu
    06 Februari, 2024, 11:42 WIB Last Updated 2024-02-06T04:42:26Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

     

    Virus ASF Kembali Serang Babi di Pulau Flores, Peternak Mulai Resah

    [Congkasae.com/Kereba] Virus demam babi Afrika alias African Swine Fever (ASF) kembali merebak di pulau Flores menyusul kematian puluhan ekor babi secara mendadak di Kabupaten Sikka.


    Kepala dinas peternakan kabupaten Sikka Yohanes Erwin Satriawan mengatakan sedikitnya 59 ekor babi yang mati secara mendadak itu terinfeksi virus ASF.


    Hal tersebut, kata Erwin berdasarkan hasil uji sampel pada laboratorium feteriner dinas kesehatan kabupaten Sikka.


    Untuk itu Erwin meminta para peternak babi untuk meningkatakan upaya pencegahan mengingat vaksin dan obat untuk penyakit ASF yang belum ditemukan.


    "Karena hingga kini obat dan vaksin belum ditemukan,"kata Erwin Selasa (6/2).


    Erwin menambahkan pihaknya kerap memberikan sosialisasi kepada para peternak babi terkait upaya pencegahan virus ASF kendati demikian para peternak belum sadar tentang pentingnya biosecurity.


    Keresahan peternak mulai dirasakan menyusul kematian puluhan ekor babi di kabupaten Sikka, salah seorang peternak di Ruteng mengkhawatirkan virus tersebut merebak hingga ke Ruteng dan menyerang babi milik mereka.


    "Karena tahun 2021 saya mengalami kerugian setelah belasan ekor babi di kandang saya mati terserang virus ASF,"ujar Nikolaus Haman di Ruteng.


    Ia merasa khawatir apabilah ternak babi miliknya kembali terserang virus ASF maka kerugian akan kembali menimpa dirinya.


    Apalagi saat ini total populasi babi di kandang milik Niko mencapai 50 ekor induk belum termasuk anak.


    Tak Berbahaya Bagi Manusia

    Sementara virus ASF bukan termasuk jenis penyakit Zoonosis yang menular kepada manusia, akan tetapi hanya menyerang ternak babi dengan tingkat kematian mencapai 100 %.


    Epidemiolog dari universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan virus ASF memang sangat cepat menyebar ke ternak babi dengan resiko kematian mencapai 100% namun tidak menular kepada manusia.


    "Sejauh ini belum ada temuan yang mengatakan bahwa firus ASF menular ke manusia, meski tingkat kematian ternak yang terinfeksi mencapai seratus persen,"ujar Dicky Budiman kepada kantor berita KBR.


    Dicky menyarankan para peternak untuk langsung melakukan isolasi terhadap ternak babi yang terpapar virus ASF untuk menekan laju penyebaran virus ke ternak lain yang masih sehat.


    Selain itu, kata Dicky pengiriman ternak babi dari dan ke daerah yang terjangkit harus dihentikan hingga kondisi benar-benar pulih untuk menekan laju penyebaran virus ASF di pulau Flores.

    Virus ASF Kembali Serang Babi di Pulau Flores, Peternak Mulai Resah


    Gejala Klinis Ternak yang Terpapar Virus

    Melansir laman Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, adapun babi yang terinfeksi virus ASF memiliki gejala klinis yang dapat diamati.


    Gejala pada babi yang terinfeksi ASF antara lain demam tinggi, kehilangan nafsu makan, depresi, muntah, diare, abortus (keguguran), radang sendi, pendarahan pada kulut dan organ dalam serta perubahan warna kulit menjadi ungu. 


    Terkadang kematian dapat terjadi bahkan sebelum gejala-gejala ini muncul. ASF muncul pertama kali di Kenya, Afrika Timur pada tahun 1909 setelah adanya impor babi domestik dari Eropa. 


    Pada tahun 1957, ASF menyebar ke Portugal dan berbagai negara di Eropa (Italia, 1967; Spanyol 1969; Perancis 1977; Malta, 1978; Belgia, 1985; dan Belanda, 1986). Kemudian ASF meluas ke Karibia (Kuba, 1971 dan 1980; Republik Dominika, 1978; serta Haiti, 1979) dan Brasil (1978).  


    Di Asia, ASFV ditemukan pada babi liar di Iran pada tahun 2010.  Lalu pada tahun 2018, Tiongkok melaporkan adanya wabah ASF di Provinsi Liaoning.


    Pada Februari 2019, untuk pertama kalinya ASF dikonfirmasi di kawasan Asia Tenggara, yaitu di Vietnam. 


    Selanjutnya, infeksi ASF meluas hingga ke Kamboja, Laos, Filipina, Myanmar dan Timor Leste. Pada Desember 2019, terdapat tujuh negara di Asia Tenggara yang telah mengkonfirmasi adanya kasus ASF termasuk Indonesia. 


    Kasus ASF di Indonesia diumumkan secara resmi melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 820/KPTS/PK.320/M/12/2019 tentang Pernyataan Wabah Penyakit Demam Babi Afrika (African Swine Fever) pada Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. 


    Jumlah kematian babi pada wabah ini mencapai 47.559 ekor dari total 1.277.741 ekor babi di Sumatera Utara (3,7%). Virus ASF juga dikonfirmasi telah menyebar ke 21 dari 33 kabupaten di Sumatera Utara (64%). 


    Daerah dengan populasi dan lalu lintas babi yang tinggi memiliki risiko yang tinggi pula dalam penularan virus ini. 


    Beberapa daerah di Indonesia yang rawan menjadi daerah penularan tersebut antara lain NTT, Papua, Sulawesi Selatan, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Sulawesi Tengah dan Jawa Tengah.

    Komentar

    Tampilkan

    ads