Polisi mengatakan Warga yang membantu pengendara agar bisa melintas di jembatan Waeberang lantaran diterjang arus air tak mematok tarif dan menerima upah atas bantuan yang diberikan warga kepada wisatawan secara sukarela.
[Congkasae.com/Kereba] Kepolisian Resort Manggarai akhirnya buka suara terkait kasus dugaan pemalakan kendaraan wisatawan yang hendak melintas menuju Kampung Wisata Waerebo pada 17 Mei 2025 silam, yang dilakukan sekelompok orang.
Kasie humas Polres Manggarai I Made Budiarsa dalam keterangan resminya mengatakan usai menerima informasi perihal adanya dugaan pemalakan kepada sejumla wisatawan pada 17 Mei lalu yang viral di media sosial, anggota polsek Satar Mese Barat telah mendatangi lokasi kejadian untuk memastikan informasi tersebut.
"Kapolsek Satar Mese, bersama Kapospol dan Bhabinkamtibmas Kecamatan Satar Mese Barat, melaksanakan pengecekan langsung ke lokasi dan menyambangi warga Kampung Ndeong, Dusun Lamba, Desa Satar Ruwuk,"kata Kasie Humas Polres Manggarai I Made Budiarsa dalam keterangan resminya Senin 19 Mei 2025.
Ia mengatakan Setelah menghubungi Kepala Desa Borik, Kapolsek mendapatkan penjelasan bahwa dua jembatan di Desa Borik, yaitu Jembatan Nangakalo dan Waebuang, dalam kondisi baik.
Adapun jembatan yang mengalami kerusakan adalah Jembatan Waeberang, yang berada di Desa Persiapan Pasir Putih, wilayah pemekaran dari Desa Satar Ruwuk.
Ia mengatakan Kepala Desa juga menginformasikan bahwa pada 16 Mei malam terjadi hujan deras, dan keesokan harinya pada 17 Mei 2025 debit air sungai Wae Berang meningkat, dan menyebabkan air dalam volume besar meluber hingga ke permukaan Jembatan Waeberang.
"Beberapa warga Kampung Ntene turun tangan membantu pengendara, termasuk rombongan motor besar Harley Davidson, untuk menyeberangi jembatan yang terendam air,"katanya.
Kapolsek bersama Kapospol Bripka Dance Ledjap dan Bhabinkamtibmas Bripka Arsel Liunima serta Brigpol Richard Mandiri kemudian menuju lokasi Jembatan Waeberang.
"Setibanya di lokasi pada pukul 12.14 WITA, rombongan hanya mendapati satu warga bernama Vincent Sandu, yang mengonfirmasi bahwa sebelumnya ada belasan warga yang membantu pengendara melintas dan tidak ada penetapan tarif resmi semua berdasarkan keikhlasan,"kata dia.
Selanjutnya, rombongan menuju rumah Ketua RW 04 Kampung Ndeong, Bapak Sherinus Aven.
Di sana, mereka berdialog dengan pemuda yang turut dalam kegiatan gotong-royong sehari sebelumnya.
"Ketua RW menjelaskan bahwa warga turun ke jembatan atas inisiatif sendiri untuk membantu pengendara pasca banjir. Warga hanya menerima uang seikhlasnya, dan tidak ada paksaan atau tarif tetap,"tambahnya.
Kapolsek menyampaikan apresiasi kepada warga yang telah bergotong royong membantu pengendara pasca banjir.
Namun, beliau juga mengimbau agar kegiatan tersebut dilakukan dengan ikhlas tanpa menetapkan biaya, demi menjaga citra positif pariwisata Waerebo dan Nuca Molas.
Untuk mencegah kejadian serupa terulang, Kapospol akan segera berkoordinasi dengan Kepala Desa dan Ketua RW setempat untuk mengatur kegiatan relawan susun batu secara lebih terorganisir ke depannya.
Rombongan kepolisian meninggalkan lokasi pada pukul 14.50 WITA. Situasi di wilayah tersebut terpantau aman dan kondusif.
Sebelumnya viral soal pengakuan seorang pemandu wisata yang ditodong uang sebesar Rp.200.000 ketika hendak mengantar tamu yang hendak berkunjung ke obyek wisata Wae Rebo.
Kejadian tersebut dialami Ignas yang menyayangkan tindakan sekelompok warga yang menahan kendaraannya ketika melintasi jembatan Waeberang pada 17 Mei lalu.
"Yang bikin malu mereka (warga) tak segan-segan meminta langsung ke tamu,"ujarnya.
Ia terpaksa harus merogoh kocek pribadinya kala itu lantaran tak ada anggaran tersebut dari kantor tempat ia bekerja.