- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Obituari Yosep A. Djemali: Kakandepdikbud Manggarai tanpa Mobil Dinas

    congkasae.com | Editor: Antonius Rahu
    05 Oktober, 2021, 18:11 WIB Last Updated 2021-10-05T11:14:14Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1
    Yosep A. Djemali


    Oleh: Syam Kelilauw (Wartawan)


    YOSEP Djemali. Ini salah satu tokoh pendidikan Manggarai. Zaman itu, Manggarai belum mekar jadi tiga kabupaten seperti sekarang. Lantas, siapa sejatinya figur ini?


    Yosep Aleksander Djemali nama lengkapnya. Semasa hidupnya, Yosep pernah menjadi Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kakandepdikbud) Kabupaten Manggarai. Jika tak keliru, Yosep menggantikan pejabat sebelumnya, Isidorus Berahi.


    Sebelum menjadi orang pertama di kursi kantor departemen tersebut, Yosep dipercaya menjadi Kepala Kandepdikbud Manggarai I. Ini  jabatan yang wilayah kepemimpinannya meliputi Koordinator Pemerintahan Kota (Kopeta) Ruteng dan sekitarnya. 


    Ada pula Kandepdikbud Manggarai II yang wilayah kepemimpinannya berpusat di Kecamatan Reok. Sementara Kandepdikbud Manggarai III berkantor di Kecamatan Mborong. 


    Yosep menjadi Kakandepdikbud Manggarai I pada era kepemimpinan Bupati Frans Sales Lega. Dia baru menjabat Kakandedikbud Kabupaten Manggarai pada era Bupati Frans Dulla Burhan sejak 1978-1988.


    Yosep Djemali dikenal sosok pejabat uang sederhana. Selama menjabat Kakandepdikbud Manggarai, pergi dan pulang kantor berjalan kaki. Jika tugas keliling Manggarai menggendarai sepeda motor.


    Sepanjang berdinas, Yosep tak pernah mengeluhkan soal fasilitas yang minim. Dia bekerja dan bekerja tanpa memikirkan imbalan fasilitas mewah dari uang rakyat.


    Begitulah figur pejabat Manggarai zaman dulu. Mereka umumnya mengabdi untuk kepentingan masyarakat. Mereka loyal dengan profesinya. 


    Karier Yosep dimulai dari lingkungan guru. Khususnya guru sekolah dasar. Yosep mengajar mula-mula di Sekolah Dasar Katolik (SDK) Ruteng 2. Dia hanya mengajar beberapa bulan di sekolah ini. Jabatannya naik jadi kepala sekolah di lembaga pendidikan yang sama. 


    Setelah beberapa tahun jadi kepala SDK Ruteng 2, Yosep jadi penilik sekolah. Zaman sekarang jabatan ini sama dan sebangun dengan posisi pengawas sekolah. Belakangan Yosep dipromosikan menduduki jabatan Kakandepdikbud Kabupaten Manggarai. Jabatan ini dipercayakan di pundaknya hingga memasuki masa purna tugas. 


    Pria kelahiran Loce, Kecamatan Reok (sekarang Kecamatan Reok Barat), 31 Oktober 1931, ini, menamatkan pendidikan dasar di Sekolah Rakjat (SR ) Loce. Dia kemudian belajar hingga tamat di SMP Ruteng. Yosep remaja menuntaskan pendidikan lanjutan di Sekolah Guru Atas (SGA) di Ruteng. SGA merupakan jenjang pendidikan setara sarjana muda pendidikan guru.

     

    Yosep menambatkan tali cintanya saat berjumpa dengan Theresia Setia Abu. Ibu Theresia yang kini berumur 85 tahun masih tampak bugar. Pensiunan guru SDK Ruteng 3 ini tampak sumringah saat diajak berbincang mengenai figur mendiang suaminya. Juga, ketika diajak bercakap-cakap tentang masa lalu bersama pria yang telah memberikannya kado istimewa berupa tujuh buah hati itu. 


    “Puji Tuhan. Saya senang sekali. Ada anak muda mau datang ketemu kami yang sudah tua begini. Mau mendengar cerita tentang kami zaman dulu. Terima kasih…terima kasih,” ujar Ibu Theresia berulang-ulang. 


    Memori  Ibu Theresia masih bagus. Jejak cerita masa lalu masih pula terekam baik di benaknya. Meski usia nenek 23 cucu ini sudah tak muda lagi. Yang pasti, saat dipancing sedikit saja pertanyaan menggelitik, tak pelak, Ibu Theresia kontan merespons secara bersemangat. 



    Theresia sebenarnya lahir di Wajur (Kolang), 29 Februari 1936. Kolang sekarang masuk wilayah Kabupaten Manggarai Barat.  Ini sejak administrasi pemerintahan Kabupaten Manggarai  mengalami pemekaran. Manggarai yang dulu dari ‘Selat Sape hingga Wae Mokel” telah dibelah jadi tiga wilayah pemerintahan: Manggarai, Mangggarai Barat, Manggarai Timur. 


    Theresia semasa bocah bersekolah di SD Lewur, Ndoso. Tamat sekolah dasar, dia menekuni  pendidikan di sekolah guru bawah (SGB). Berbekal ijazah SGB, Theresia mengikuti Kursus Pendidikan Guru (KPG) Ruteng. 


    “Saya memang cita-cita jadi guru. Makanya, tamat SD lanjut ke pendidikan guru,” kenang Ibu Theresia.


    Ijazah KPG sudah di tangan. Ibu Theresia lagi berkisah. Dirinya tak perlu menanti lama untuk mengajar. Namun, sekolah tempatnya mengabdi lumayan jauh dari Kota Ruteng. Letaknya di Lengko Ajang, Manggarai Timur. Empat tahun dia melakoni tugas mulia seorang guru di wilayah yang dulu tergolong berada di pelosok Mangggarai tersebut. 


    Saat menjadi guru di SD Lengko Ajang, Theresia gadis tak jarang datang ke Ruteng. Ada urusan pekerjaan di Kantor Depdikbud Kabupaten Mangggarai. Dan, rupanya, suatu tempo Theresia berjumpa pula dengan Kepala SDK Ruteng 2, Yosep Djemali, di kantor itu. Perjumpaan bahkan kali berikutnya tak hanya tempo itu saja. 


    Dari situ, dua sejoli ini jatuh cinta. Yosep dan Theresia lantas menjalin tali asmara. Dua anak muda yang sedang dimabuk cinta ini pun naik pelaminan tahun 1956. Yosep dan Theresia menikah di Gereja Katedral Ruteng. Pemberkatan nikah mereka dilakukan Pater Hilarius Gudi, SVD  dan Romo Max Nambu, Pr.


    Yosep dan Theresia menikah tatkala Theresia sudah pindah ke Ruteng. Saat itu Theresia mulai menjadi guru kelas 1 dan 2 di SDK Ruteng 3. Theresia dikenal  sosok yang sabar. Makanya kelompok siswa yang diajarinya dipandang cocok di ruang murid kelas 1 dan 2.  


    “Mengajar murid kelas 1 dan 2 setengah mati e. Perlu kesabaran ekstra. Zaman itu semua orangtua siswa menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anak mereka ke guru di sekolah. Murid masih susah kenal huruf. Kami harus kerja luar biasa keras agar murid bisa kenal huruf. Makanya ada saja guru yang marah kalau terdapat murid yang masih belum bisa kenal huruf. Namun, saya dikenal sabar. Makanya saya terus saja mengajar kelas 1 dan 2,” ungkap Ibu Theresia di kediaman salah satu puterinya, Sensi Djemali, di Kelurahan Pitak, Kota Ruteng, belum lama ini.


    Ibu Theresia masih ingat sosok kepala sekolah dan guru semasa dirinya mengajar dulu di SDK Ruteng 3. Ketika itu, kepala sekolah dijabat Adol Wangi. Selain dirinya, ada pula guru lain, seperti Theresia Wisang, Martha Hanjas, dan Margaretha Tina. 


    Perkawinan Yoseph Djemali dan Theresia membuahkan tujuh anak: Benyamin Djemali (lahir 1957); Fransiska Lioba Djemali ( lahir 1958); Maria E. Djemali (lahir 1960); Linus Djemali (lahir 1962); Bruno Djemali (lahir 1964); Inosensia Djemali (lahir 1967); Yulita Djemali (lahir 1969). Ketujuh buah hati mereka telah memberikan generasi baru, 23 cucu. Dari cucu-cucunya pula telah lahir sembilan cicit atau cece.  


    Keluarga Yosep Djemali dulu tinggal di salah satu kompleks perumahan pejabat di Los alias Gang Rumah Potong. Di kompleks perumahan ini  dulu juga tinggal Kepala SMAN 1 Ruteng, Mikael Ogos; Donatus Tat;  Oetomo (Kepala Kantor Agraria Manggarai); Alex Pareira; Yosep Niron.


    Saat pensiun, Yosep Djemali mengisi hari-hari dengan olahraga tenis dan permainan bridge. Tiap pagi dia menghabiskan waktu dengan membaca surat kabar. 


    Yosepmeninggal  30 Maret 1994. Jenazahnya dimakamkan di pekuburan umum Karot.


    Sementara  sang istri, Ibu Theresia lebih banyak mengisi usia senja dengan ibadah karismatik seraya bercengkrama dengan anak-anak, cucu, dan cecenya.


    Itulah sekelumit cerita tentang mendiang Yosep Djemali.  Salah satu tokoh pendidikan yang berjasa membangun Manggarai. Semoga arwahnya mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan yang Mahakuasa. Dan, Ibu Theresia tetap sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin (*)

    Komentar

    Tampilkan

    Viral