- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Luput dari Maut Saat Terbang, Kapten Ricosetta Akui Penyertaan Tuhan Yesus Nyata

    congkasae.com | Editor: Antonius Rahu
    21 Maret, 2023, 10:57 WIB Last Updated 2024-01-12T01:50:12Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1
    Capten Ricosetta Mafella

    [Congkasae.com/Travel] Pilot Batik Air yang luput dari tragedi gempa Palu pada 2018 lalu Capten Ricoseta Mafella akhirnya buka suara soal kesaksian dia ketika luput dari maut dalam penerbangan Batik Air pada tahun 2018 lalu.


    Capten Rico mengatakan bahwa pihaknya mendengar bisikan suara Tuhan di beberapa detik krusial sebelum pesawat Batik Air yang dipiloti oleh Capten Ricosetta take off dari bandara Mutiara Palu 28 September 2018 lalu.


    Captain Ricosetta mengatakan penerbangannya ke Palu pada 28 September merupakan penerbangan yang dimintai bantuan pihak Batik karena Captain Rico saat itu bekerja untuk maskapai Lion Air.


    Ia mengatakan pihaknya merasa ada hal yang berbeda sebelum penerbangan Batik Air dengan rute Makassar-Palu-Makassar pada 28 September 2018.


    "Keunikannya itu kenapa harus pilot Lion Air yang terbangin Batik, pilot mereka (Batik Air) kan banyak lalu schedule penerbangan saya berganti sebanyak sebelas kali,"kisah capten Ricoseta dikutip chanel Bethesda Tv Selasa.


    Penerbangan di ujung maut yang dicapteni oleh Ricoseta Mafella itu pun dimulai dari Makassar pada Jumat 28 September 2018.


    Penerbangan hari itu, kata Capten Rico ditemani copilotnya secara umum cuacanya bagus namun anginnya cukup kencang.


    Penerbangannya berjalan normal, namun ketika pesawat sudah mendarat di bandara Mutiara Palu Ricosetta mengaku mendengar bisikan dalam hatinya pada saat dirinya hendak ke toilet.


    Menurut Rico suara itu  menyuruhnya untuk segera bergegas meninggalkan Palu.


    "Saya putuskan untuk take off sebelum schedule, jadi prosesnya begitu cepat, hari itu prosesnya on time semua penumpang sebanyak 141 orang itu masuk dengan cepat, petugas ground handling disuruh keluar pintu ditutup,"ujar Rico.


    Ia mengatakan rasa tergesa-gesa itu sangat terasa, termasuk dirinya yang minta clearence (ijin terbang) kepada pihak Air Traffic Control (ATC) secepat mungkin untuk bisa take off.


    "Akhirnya kami take off, menurut saksi mata kami jalan itu (proses take off) sudah mulai gempa, pesawatnya bergerak ke kiri dan ke kanan,"kata Rico.


    Ia merasakan penyertaan Tuhan sungguh sangat dahsyat pada penerbangan Jumat 28 September 2018 di Palu, dimana Tuhan memberi limitasi hidup hanya satu detik bagi capten Rico dan seluruh penumpang pesawat Batik yang diterbanginya.


    "limitasi kita hanya satu detik,"kata Rico.


    Ia baru mengetahui penerbangan hari itu bagai berada di ujung maut setelah pihaknya mendarat di Bandara Sultan Hasanudin Makassar dimana dirinya menerima kabar soal gempa Palu.


    Di situpun Capten Rico baru menemukan jawaban mengapa dirinya disuruh bergegas ketika proses take off di bandara Mutiara Palu.


    Ia pun menceritakan bagaimana penyertaan Tuhan dalam beberapa tragedi pesawat yang diterbanginya, pada tahun 1996 dirinya yang kala itu menjadi copilot Garuda Indonesia hampir mendarat di Bandara Biak yang tengah dihantam gempa dan tsunami.


    "Kami terbang ke Biak dari ketinggian 200 kaki kami panggil menara pengawas kok gak dijawab-jawab,"kisah capten Rico.


    Ia dan pilotnya baru menyadari jika bandara Biak sedang dihantam gempa dahsyat dimana landasan pacu terlihat seperti bergelombang, pesawat di apron terjungkal.


    "Akhirnya di ketinggian 100 kaki kami putuskan kembali ke bandara awal,"katanya.


    Ia tak bisa memprediksi kecelakaan yang terjadi jika mereka tidak menyadari gempa,"mungkin sudah hancur karena gempa dahsyat juga waktu itu menghasilkan tsunami di biak,"ujarnya.


    Selain itu tahun 1997 dirinya mengalami badai di Solo, selain itu pada tahun 1998 ia kembali menghadapi badai di Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng.


    "Pesawat saya mati total, tak ada indikator yang bisa dibaca kelistrikan mati total karena cuaca buruk,"kata Rico.


    Ia juga pernah menghadapi badai terbesar di Jepang yang hampir menyebabkan kecelakaan bagi pesawatnya.


    Akan tetapi berkat penyertaan Tuhan capten Rico selalu luput dari rentetan kecelakaan yang dihadapinya itu.


    Ia merasa seperti berdansa dengan kematian dimana kematian itu sangat dekat, akan tetapi Tuhan selalu menyelamatkan dirinya.


    "Setiap kita yang percaya kepada Yesus diciptakan dengan tujuan, makanya kecelakaan tidak bisa merenggut aku,"ujarnya.


    Ia merasa kematian yang dihadapinya itu sangat mengerikan di depan mata, akan tetapi berkat Tuhan ia selalu diselamatkan.


    Ia mengatakan pihaknya hanya berpasrah kepada Tuhan ketika menghadapi kecelakaan dan Tuhan selalu menyelamatkan dia dari kecelakaan dahsyat yang dihadapinya.


    Penulis: Tony


    Komentar

    Tampilkan

    Viral