Anak-anak usia remaja SMP, SMA bahkan kelas VI SD asal Manggarai dan Manggarai Timur dikumpulkan di sebuah hotel di Ruteng setiap hari Jumat, untuk selanjutnya dikirimkan ke beberapa hotel di Labuan Bajo, anak-anak ini kemudian dikembalikan setiap hari Minggu ke tempat asal mereka.
[Congkasae.com/Kereba] Dugaan prostitusi anak di Labuan Bajo, Manggarai Barat melibatkan anak-anak SD hingga SMA dari dua kabupaten yakni Manggarai dan Manggarai Timur.
Hal tersebut diungkap oleh Kepala UPTD Kesejahteraan Sosial Tuna Netra dan Karya Wanita Kupang Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Yusi T Kusumawardhani.
Menurut Yusi, temuannya menunjukkan anak-anak dari dua kabupaten tersebut dikumpulkan di sebuah hotel setiap hari Jumat untuk kemudian diberangkatkan ke Labuan Bajo.
"Dalam perjalanan kami dari Labuan Bajo ke Ruteng, ada satu hotel di Ruteng itu setiap hari Jumat pukul 11.00 Wita, menjadi tempat penampungan remaja putri SMP dan SMA. Bahkan anak SD kelas VI," kata Yusi, kepada jurnalis Kompas.com, Selasa (20/5/2025).
Ia mengatakan usai berkumpul di salah satu hotel di Ruteng, anak-anak itu dikirim ke beberapa hotel di Labuan Bajo dengan menggunakan angkutan travel antar kota.
Dikatakan Yusi, beberapa orang sopir travel bahkan mengakui telah menjadi langgananan tetap dari beberapa anak tersebut.
"Anak anak itu terlihat bersukacita. Ada beberapa sopir travel mengaku sudah menjadi langganan para remaja itu," kata dia.
Yusi menambahkan setelah melakukan pekerjaannya anak-anak remaja tersebut kembali dikirim ke Ruteng dan Borong pada hari Minggunya.
"Saat berada di salah satu rumah makan di Borong (ibu kota Kabupaten Mangarai Timur), mereka mengganti baju dan hapus make up dan kembali menjadi gadis lugu," ujar dia.
Yusi mengatakan kondisi tersebut sangat disayangkan ia menyoroti peran para orang tua di Manggarai Raya yang memperbolehkan tindakan semacam itu dilakukan oleh anak-anak mereka tanpa adanya pengawasan orang tua.
Menanggapi hal tersebut Efridus Mangung salah seorang penulis mengatakan fenomena praktik prostitusi anak di Labuan Bajo tak pernah lepas dari hilangnya peran kita sebagai orang tua dalam mendidik dan mengontrol prilaku anak remaja.
"Ketika sopir travel berkata mereka sudah menjadi langganan, saya merasa dada saya sesak. Anak-anak ini tidak hilang dalam satu malam. Mereka dijebak perlahan oleh dunia yang mengagungkan kemewahan, menertawakan kesederhanaan, dan mendewakan gaya hidup serba instan. Dunia yang menekan mereka agar tampil wah meski di dalamnya rapuh,"kata Efridus Mangung dalam tulisannya dikutip Rabu 21 Mei 2025.
Di sisi lain perubahan gaya hidup masyarakat di era moderen saat ini disebut-sebut ikut mendorong kaum remaja ini untuk mendapatkan kemewahan dan gaya hidup glamor agar diakui dalam masyarakat.
"Ketika orang-orang desa yang tampil sederhana ditertawakan, dan mereka yang tampil glamor dipuja. Jadi tak heran kalau ada anak remaja tiba-tiba bisa beli gadget mahal, pakaian bermerk, atau sering menghilang tanpa penjelasan,"katanya.
Akan tetapi peran serta orang tua dalam mengontrol prilaku anak sangat disayangkan dalam kasus ini.
Magung menilai orang tua dalam hal ini telah gagal mengajari anak-anak sebagai generasi penerus bangsa ini.
Ia mengkritik peran serta lembaga terkait yang disebutnya gagal dalam menjalankan perannya.
BACA JUGA
Prostitusi Semakin Parah di Labuan Bajo, Pelajar SMA Jajakan Diri ke Hotel dan Penginapan
Operasi Gabungan di Manggarai, Sasar Kendaraan Plat Luar dan Penunggak Pajak
Skandal Chat Mesum Kadis DLH Matim, Diah Merasa Dilecehkan