- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Stok Vaksin Menipis, Kasus Gigitan Meningkat Drastis Rabies Mengintai Manggarai Timur

    Congkasae.com| Tim Redaksi
    05 November, 2025, 09:40 WIB Last Updated 2025-11-05T02:50:27Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1
    Stok Vaksin Menipis, Kasus Gigitan Meningkat Drastis Rabies Mengintai Manggarai Timur
    Hingga September 2025 kasus gigitan anjing rabies di Manggarai Timur sudah menyentuh angka 3.000 kasus, sementara itu pemerintah mengklaim saat ini stok vaksin anti rabies hanya bisa melayani 430 orang. Di sisi lain kesadaran warga akan bahaya anjing rabies sangat rendah.


     [Congkasae.com/Kereba] Kasus gigitan anjing rabies di Manggarai Timur kian mengkhawatirkan setelah pemerintah melalui sekretaris dinas kesehatan Manggarai Timur Pranata Kristiani Agas merilis data kasus gigitan yang meningkat drastis di kabupaten itu.


    Menurut Kristiani Agas hingga bulan September 2025 kasus gigitan anjing rabies di kabupaten tersebut sudah menyentuh angka 3.000 kasus.


    Ia mengatakan dari sekian banyak kasus gigitan tersebut ada yang sudah merenggut nyawa manusia, meski terbilang cukup tinggi namun sayangnya kesadaran masyarakat akan ancaman rabies di kabupaten itu terbilang sangat rendah.



    "Kesadaran masyarakat akan pentingnya Vaksinasi hewan itu sangat rendah,"kata skretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur Pranata Kristiani Agas Selasa 4 November 2025.


    Menurut Ani, rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya rabies di Manggarai Timur juga dibuktikan dengan banyaknya anjing-anjing yang berkeliaran secara bebas tanpa diikat apalagi dikandangkan.


    "Banyak anjing yang berkeliaran secara bebas dan berinteraksi dengan hewan liar,"kata Ani Agas menambahkan.


    Sebelumnya seorang pria asal desa Wejang Mawe, kecamatan Lamba Leda Timur meninggal dunia setelah digigit anjing peliharaanya sendiri yang terpapar rabies.


    SB tewas setelah sebulan digigit oleh anjing peliharaannya sendiri dan tidak dilakukan vaksinasi usai digigit anjing tersebut.


    "Karena digigit anjing sendiri ia tidak melakukan Vaksinasi Anti Rabies,"ujar Raymundus Sali kepala desa Wejang Mawe yang dihubungi Sabtu 25 Oktober 2025.


    Menurut Sali, hanya berselang beberapa minggu usai kasus gigitan tersebut, SB mulai menunjukkan gejala sakit seperti sesak napas dan kejang-kejang.


    "Akhirnya dia dirujuk ke RSUD Ruteng namun nyawanya tak tertolong,"kata Sali.

    Wabah Rabies di Manggarai Timur


    Ia meninggal dunia pada Sabtu 25 Oktober 2025 setelah berjuang melawan virus Rabies yang menggerogoti tubuhnya.


    Sayangnya anjing milik SB yang telah merenggut nyawa tuannya dipotong dan dikonsumsi oleh 17 orang warga lain di kampung Wejang Mawe.


    Kasus ini menuai sorotan dari media massa lantaran anjing yang dinyatakan positif rabies tak boleh dikonsumsi lantaran berbahaya bagi manusia.


    Kasus ini juga yang akhirnya mendorong pemerintah Manggarai Timur untuk melakukan eliminasi total terhadap anjing di desa Wejang Mawe.


    Rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya rabies menambah panjang deretan kasus rabies di kabupaten itu yang semakin mengkhawatirkan.


    Sekretaris dinas kesehatan kabupaten Manggarai Timur Pranata Kristiani Agas mengatakan saat ini ketersediaan stok vaksin di kabupaten Manggarai Timur sangat menipis.


    "Saat ini stok vaksin kita hanya 1.230 dosis vaksin, jumlah tersebut hanya bisa diberikan kepada 430 orang saja,"kata Ani Agas.


    Ia mengatakan keterbatasan stok vaksin dipicu oleh bahan baku utama yang sebagian besar harus diimpor dari luar negeri.


    Ani mengatakan pemerintah daerah terus berupaya untuk memberantas laju penyebaran kasus rabies di kabupaten itu dengan beragam cara seperti sosialisasi kepada masyarakat hingga vaksinasi massal terhadap hewan penular rabies seperti anjing.


    "Hingga saat ini sudah ada 1.800 ekor anjing yang divaksin dan dalam waktu dekat akan kita tambah 2.000 ekor,"kata Ani Agas.


    Rendahnya kesadaran masyarakat akan vaksinasi anjing rabies di kabupaten itu juga dikeluhkan kepala desa Rana Mbata Yohanes Bosco Kurniawan.


    Ia mengatakan sering mendapatkan cacian hingga umpatan dari warganya sendiri ketika melakukan eliminasi atau sosialisasi terhadap warga desa yang memiliki anjing.


    "Kami sering mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi khususnya dari pemilik anjing itu sendiri,"kata Bosco Kurniawan.


    Padahal sosialisasi adalah bagian dari tindakan prefentif untuk mencegah laju penyebaran rabies di kabupaten itu.


    Sayangnya kegiatan ini tidak disambut baik oleh masyarakat yang menganggap sepeleh anjing rabies.


    BACA JUGA

    Rabies Belum Berakhir di Matim, Pakar Epidemiologi Kritik Penanganan Kasus yang Tak Tuntas


    Warga Matim Tewas Usai Digigit Anjing Peliharaan yang Terpapar Rabies


    Kasus Gigitan Anjing Rabies Kian Masif, Pemda Matim Dinilai Tak Jalankan Perda

    Komentar

    Tampilkan

    Bersama Menjaga Warisan Kita

    Dukung Congkasae agar terus hidup dan tumbuh sebagai suara budaya Manggarai.

    Kenapa Kami Butuh Dukungan?

    Congkasae.com hidup dari semangat dan cinta pada budaya. Tapi kami juga perlu dana untuk membayar penulis lokal, mengembangkan situs, dan mendokumentasikan cerita-cerita budaya kita.

    Donasi Sekali atau Rutin

    Atau transfer langsung:

    • BRI 472001001453537 (a.n. Congkasae)
    QRIS

    Pasang Iklan atau Kerja Sama

    Kami membuka kerja sama dengan UMKM, NGO, sekolah, atau pemerintah daerah untuk iklan, pelatihan, dan proyek kolaboratif.

    Kontak Kami Langsung

    Kata Mereka

    "Saya senang bisa mendukung media yang memperjuangkan akar budaya Manggarai." – Julius, diaspora di Jakarta
    "Congkasae adalah media yang dekat dengan hati kami di Manggarai." – Frans, guru di Ruteng